Isnin, 8 Oktober 2007

seketika bersama Ahmad Masen

::pojok jiwa meyaksikan bual bicara::

'kamo semakin jauh bukan?'

sampoerna merah dihela dalam..

'empat lima hari ini kamo seperti mendominasi, tidak seperti beberapa minggu yang lalu'

'kenapa kamo makin jauh berkhayal?'

percakapan yang bersulam asap..

'melepasi segala ruang limitasi yang telah termaktub dalam perjanjian kita?'

suasana hening seketika..

"tidak ako mendominasi, tapi kamo yang menyepi"

"asyik sungguh bersama bidadari"

"mana janji-janji dan azam kamo ketika itu?"

bara keretek terus menyala..

"ako opurtunis, ambil segala kesempatan ke'tidak apa'an kamo"

'habis kamo tidak pula memperingatkan ako akan hal itu?'

"apakah ako harus memperingatkan kamo untuk menghalang ako?"

"kamo pemerhati"

"observasi kamo merangsang pemikiran rasionalis"

"kenapa kamo leka dan menyepi?"

"di mana semangat kamo? idea-idea kamo"

"ako bosan"

'idea-idea itu masih ada, masih terkumpul, menunggu untuk dikeluarkan'

"ah! itulah kamo yang gemar bertangguh"

'ini bukannya bertangguh! ini memberi keutamaan!'

"keutamaan? apa yang diutamakan?!"

"sedarlah jika keutamaan kamo itu salah, kita akan susah"

"orang akan hilang kepuasan hati, kepercayaan"

"apa kamo ingat senang kita nak bina?"

'habis mengapa tidak kamo saja yang lakukan bagi pihak ako?'

'kamo juga ako, bukan?'

"ya, ako juga kamo"

"tapi kekuatan ako bukan di situ"

"keutamaan, pengurusan, kesedaran"

"itu ada pada kamo"

"dan ako hanya ada naluri, keinginan, dan kepuasan"

"dan kita saling melengkapi"

"jika kamo lemah, kita hanyut"

"fikirkan dengan sudut rasionalis kamo"

"ako sekadar memberitahu"

"kalao tidak, tiada lagi ruang ako melampiaskan gelodak naluri ako"

'...'

dan puntung dijentik jauh, padam dan tenggelam bersama hujan malam...

2 ulasan: